ASKEB V KOMUNITAS... #Tingkat kesuburan,


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji. Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi wanita. Ia selalu membantu pada masa kehamilan, mendampingi wanita saat bersalin, sampai persalinan selesai dan mengurus ibu dan bayinya dalam masa nifas.
Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional. Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai pada kematian ibu dan anak.
Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera minta pertolongan pada bidan.Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan (Prawirohardjo, 2005).

1.2  Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
  1. Untuk mengetahui tingkat kesuburan.
  2. Untuk mengetahui pertolongan persalinan oleh tenaga non kesehatan. 
  3. Untuk mengetahui tentang PMS (Penyakit Menular Seksual)
  4. Untuk mengetahui perilaku dan sosial budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan komunitas.


1.3  Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu:
1.      Sebagai salah satu tugas dari mata kuliah “Askeb V Komunitas”
2.      Sebagai bahan baca di perpustakaan.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Tingkat Kesuburan
        Perubahan perilaku seksual remaja menuju liberalisasi tanpa batas akan makin meningkatkan kejadian penyakit hubungan seks. Penyakit hubungan seks tanpa pengobatan yang memuaskan dapat menimbulkan infeksi radang panggul dan mengenai genetalia bagian atas. Penyakit infeksi radang panggul tanpa pengobatan adekuat dapat berlangsung akut dan besar kemungkinan memerlukan tindakan radikal untuk mengangkat sumber infeksinya. Sebagian berlangsung secara menahun dengan menimbulkan kerusakan fungsi utamanya yaitu prokreasi. Setiap kejadian (infeksi) pertama penyakit radang panggul telah dapat menimbulkan perlekatan yang berat, sehingga dapat terjadi gangguan fungsi tuba fallopii yaitu sebagai transportasi ovum spermatozoa dan hasil konsepsi serta khususnya ampula tuba fallopii merupakan tempat terjadinya konsepsi.
        Tertutupnya sebagaian tuba fallopii sehingga hasil konsepsi tersangkut dalam perjalanan dapat menimbulkan kehamilan ektopik. Terbatasnya kemampuan tuba fallopii untuk berkembang dan menampung hasil konsepsi, melibatkan terjadinya kehamilan ektopik Kehamilan ektopik yang bernidasi pada kornu uteri dengan kemampuan agak besar untuk berkembang dan membentuk pembuluh darah dapat menimbulkan perdarahan hebat intra abdominal sampai dengan kematian. Pada gangguan yang sangat berat sehingga tuba sama sekali tertutup maka habislah harapan perempuan untuk hamil.
Perkembangan untuk dapat mengupayakan kehamilan :
  1. Pada kasus fimosis fibriaetuba fallopii, masih ada kemungkinan dilakukan tuboplasi sehingga terbuka dan kemungkinan masih bisa hamil.
  2. Dapat pula dilakukan replantasi tuba dengan bedah tuboplasi yang rumit dan hasilnya sulit diharapkan.
  3. Assisted Reproductive Technologi maka dengan laparoskop dapat dilakukan :    GIFT/gamete intrafallopian transverse dan EIFT/embryo intrafallopian transver
  4. Dilakukan ICSI/intra celuler sperm injection sehingga diperlukan beberapa ovum dan spermatozoa untuk pebuahan.
  5.  Menggunakan jasa surrowgate mother.

          Upaya yang dapat dilakukan adalah mencari penyebab utama pasangan infertilitas sehingga diperlukan pemeriksaan yang panjang yang dimulai dari suami dengan jumlah spermatozoa yang cukup kemudian pemeriksaan terhadap istri. Sebagian besar kerusakan terjadi akibat penyakit radang panggul dengan kerusakan tuba fallopii sebagai penyebab utama dengan upaya tuboplasti kia tidak berhasil bisa dengan Assisted Reporductive Technologi. Oleh karena itu infeksi alat reproduksi bagian bawah harus mendapatkan pengobatan yang adekuat dan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan kesembuhannya. Sebagian besar infeksi ini berkaitan dengan penyakit hubngan seksual, karena perilaku yang  bebas tanpa batas atau melakukan gugur secara illegal kurang aman dan bersih dan tanpa pengobatan adekuat.
        Upaya promotif dan preventif kesehatan alat reproduksi khususnya para remaja menjadi sangat penting untuk mengurangi jumlah pasangan infertilitas. Pengobatan post abortus, post partum dan penyakit hubungan seksual merupakan kunci utama sehingga pasangan infertilitas dapat ditekan sekecil mungkin. Perlunya diingatkan bahwa pemakaian IUCD pada mereka yang belum mempunyai anak atau baru menikah sebaiknya dihindari karena besar kemungkinan terjadi infeksi asenden menahan yang berakhir dengan kerusakan alat genetalia interna khususnya tuba fallopii.

2.2  Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Non Kesehatan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40 tahun ke atas ( Prawirohardjo, 2005).
Pendidikan dukun umumnya adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis dengan kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara pertolongan persalinan secara teori di bangku kuliah, tetapi mereka hanya berdasarkan pengalaman saja. Peralatan yang digunakannya hanya seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan bambu, untuk mengikat tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya menggunakan daun pisang
            a.    Cara-cara Pertolongan Oleh Tenaga Non-medis
Tak berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak melakukan pemeriksaan kehamilan melalui indri raba (palpasi). Biasanya perempuan yang mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan selalu berkonsultasi kepada dukun, bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah yang datang ketempat praktek bidan untuk berkonsultasi. Sedangkan dukun ia sendiri yang berkeliling dari pintu ke pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak usia kandungan 7 bulan control dilakukan lebih sering. Dukun menjaga jika ada gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan janinnya. Agar janin lahir normal, dukun biasa melakukan perubahan posisi janin dalam kandungan dengan cara pemutaran perut (diurut-urut) disertai doa. Ketika usia kandungan 4 bulan, dukun melakukan upacara tasyakuran katanya janin mulai memiliki roh. Hal itu terasa pada perut ibu bagian kanan ada gerakan halus. Pada usia kandungan 7 bulan, dukun melakukan upacara tingkeban. Katanya janin mulai bergerak meninggalkan alam rahim menuju alam dunia, melalui kelahiran. Calon ibu mendapat perawatan khusus, selain perutnya dielus-elus, badannya juga dipijat-pijat, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Malah disisir dan di bedaki agar ibu hamil tetap cantik meskipun perutnya makan lama makin besar.

b.      Faktor-faktor Penyebab Mengapa Masyarakat Lebih Memilih Penolong Bersalin Dengan tenaga Kesehatan Non-medis
Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan non- medis daripada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

Ñ     Kemiskinan
Tersedianya berbagai jenis pelayanan public serta persepsi tentang nilai dan mutu pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan atau tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasakan penyedia layanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin.
Sekitar 65% dari seluruh masyarakat miskin yang diteliti menggunakan penyesia layanan kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas pembantu (pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal dengan berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk membantu persalinan lebih besar daripada penghasilan RT miskin dalam satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun lebih lunak secara uang tunai dan ditambah barang. Besarnya tarif dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tarif bidan desa. Dukun juga bersedia pembayaran mereka ditunda atau dicicil (Suara Merdeka, 2003).

Ñ   Masih langkanya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman
Sekarang dukun di kota semakin berkurang meskipun sebetulnya belum punah sama sekali bahkan disebagian besar kabupaten, dukun beranak masih eksis dan dominant. Menurut data yang diperoleh Dinas Kesehatan Jawa Barat jumlah bidan jaga di Jawa Barat sampai tahun 2005 ada 7.625 orang. Disebutkan pada data tersebut, junlah dukun di perkotaan hanya setengah jumlah bidan termasuk di kota Bandung. Namun, di 9 daerah (kabupaten) jumlah dukun lebih banyak (dua kali lipat) jumlah bidan.Malah di Jawa Barat masih ada 10 kabupaten yang tidak ada bidan (Ketua Mitra Peduli/Milik Jabar).

Ñ   Kultur budaya masyarakat
Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak daripada kepada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit masih melekat pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan manusia.
Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak membenarkan pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis laki-laki. Dengan sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di padesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi.

c.         Masalah Yang Dapat Ditimbulkan Apabila Persalinan Ditolong Oleh Non-medis
Menurut sinyalemen Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi dokter obygin. Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi mereka tentang mutu pelayanan berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut). Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan dukun beeranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal(Suara Merdeka, 2003).
Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi tersebut kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada pengalaman.

d.        Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Medis dan Non-medis Dalam Menolong Persalinan.
Berdasarkan dukun di Indonesia masih mempunyai peranan dalam menolong suatu persalinan dan tidak bisa dipungkiri, masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun beranak, walaupun dalam menolong persalinan dukun tidak berdasarkan kepada pengalaman dan berbagai kasus persalinan oleh dukun seringkali terjadi dan menimpa seorang ibu dan atau bayinya. Tetapi keberadaan dukun di Indonesia tidak boleh dihilangkan tetapi kita bisa melakukan kerjasama dengan dukun untuk mengatasi hal-hal atau berbagai kasus persalinan oleh dukun.
Seperti di daerah pedesaan Paminggir, Alas Kokon, Kertajayadan daerah perkotaan Soklat setelah dua dari empat dukun beranak yang diwawacarai telah menerima pelatihan dari dokter-dokter puskesmas pada tahun 1990-1991. Mereka merasa pelatihan dan peralatan persalinan yang diberikan saat pelatihan sangat bermanfaat. Para dukun juga dilatih tentang pencatatan dan pelaporan. Setiap dukun dilatih membaca sampai mengerti bagaimana cara pengisian kolom tersebut. Pelatihan untuk perawatan ibu hamil, pertolongan pada diare, makanan bergizi bagi bayi, balita dan ibu hamil juga dilakukan. Membina hubungan baik dengan dukun juga dilakukan agar kita bisa lebih gampang menjalin kerjasama dengan dukun.
Kerjasama antar bidan dan pemerintah dengan tenaga kesehatan non-medis sangat diperlukan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kerjasama yang bisa dilakukan seperti misalnya dalam pemberian pelatihan kepada para tenaga kesehatan non-kesehatan atau keikut sertaan pemerintah sangat penting untuk menunjang sukesnya pelatihan dengan pemberian bantuan alat-alat untuk menolong persalinan seperti gunting tali pusat, sehingga infeksi saat pemotongan tali pusat bisa diturunkan.


e.        Pelayanan yang Dapat Diberikan Oleh Tenaga Non-medis
Dalam mutu pelayanan tidak dipenuhinya standar minimal medis oleh para dukun, seperti dengan praktek yang tidak steril(memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi baru lahir dengan mulut).
Layanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan non-medis misalnya:
1.    Dukun mau mendatangi setiap ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.
2.    Dukun mematok harga murah, kadang bisa disertai atau diganti dengan sesuatu barang misalnya beras, kelapa, dan bahan dapur lainnya.
3.    Dukun beranak dapat melanjutkan layanan untuk 1-44 hari pasca melahirkan dengan sabar memanjakan ibu dan bayinya misalkan dia mencuci dan membersihkan ibu setelah melahirkan.
4.    Dukun menemani anggota keluarga agar bisa beristirahat dan memulihkan diri, sebaliknya bidan seringkali tidak bersedia saat dibutuhkan atau bahkan tidak mau datang saat dipanggil.

f. Tentang Keberadaan Dukun
Walaupun sekarang sudah jaman modern kita masih memerlukan tenaga dukun sebagai pendamping dalam mengawasi kehamilan disaat tenaga bidan tidak bisa melakukan pengawasan secara penuh dan disuatu daerah yang masih kurangnya tenaga bidan. Cara pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun tidak jauh berbeda dari cara pertolongan persalinan oleh bidan, hanya saja dalam penerapannya mereka kurang memperhatikan kesterilan dan alat-alat yang digunakan masih seadanya. Para dukun juga melakukan pengawasan kepada ibu hamil semenjak para dukun tahu tentang kehamilan ibu, hal ini sama dengan lebih mengarah ke spiritual. Dan keberadaan dukun ini tidak bisa dihilangkan dalam pemberian pertolongan persalinan. Dan kita sebagai bidan harus menjalin kerjasama dengan dukun dalam meningkatkan mutu pelayanan dalam pertolongan persalinan untuk mencegah kematian ibu dan janin serta kecacatan yang mungkin terjadi.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan kita bisa melakukan pelatihan-pelatihan kepada dukun sehingga para dukun diharapkan bisa mengetahui tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Selain itu diharapkan pula agar para peraji dalam menolong persalinan diajarkan supaya menggunakan prinsip steril untuk menghindari infeksi dimana infeksi itu sering sebagai penyebab kematian ibu dan janin. Dalam mewujudkan dukun yang terlatih, pemerintah harus ikut berpartisipasi memberi dukungan dan membantu dalam memberikan bantuan peralatan persalinan gratis kepada para dukun untuk meminimalkan komplikasi pada saat persalinan.

2.3  PMS ( Penyakit Menular Seksual)
1.      Herpes Genital
Penyakit yang disebabkan oleh virus Herpes simplex dengan masa tenggang 4 - 7 hari sesudah virus masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks. Gejala yang ditimbulkan adalah :
• Bintil-bintil berair seperti anggur di sekitar kelamin.
• Pecah, lalu menyebabkan luka kering mengerak lalu hilang.
• Terulang lagi sampai seumur hidup.
Pada perempuan, seringkali menjadi kanker mulut rahim beberapa tahun kemudian. Penyakit ini belum ada obat yang benar-benar mujarab, tetapi pengobatan anti virus bisa mengurangi rasa sakit dan lamanya episode penyakit.

2.      Sifilis (Raja Singa)
Kuman penyebabnya disebut Treponema pallidum. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu. Kemudian timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang sendiri tanpa diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks. Gejala ini akan hilang dengan sendirinya dan seringkali penderita tidak memperhatikan hal ini.
Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-apa, atau disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifilis akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil sifilis dapat ditularkan kepada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa dan keterbelakangan mental.

3.      Klamidia
Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Masa tanpa gejala berlangsung 7 - 21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat reproduksi laki-laki dan perempuan.
Pada perempuan, gejalanya bisa berupa :
õ Keluarnya cairan dari alat kelamin atau sering disebut keputihan encer berwarna kuning kecoklatan.
õ Rasa nyeri di rongga pinggul.
õ Pendarahan setelah hubungan seksual.
Sedangkan pada laki-laki, gejalanya bisa berupa :
õ    Keluar cairan bening dari saluran kencing.
õ    Rasa nyeri saat kencing.
õ    Infeksi lebih lanjut dapat menyebabkan banyak cairan keluar dan bercampur nanah.

Tidak jarang pula, gejala tidak muncul sama sekali, padahal proses infeksi sedang berlangsung. Oleh karena itu penderita tidak sadar sedang menjadi pembawa PMS dan menularkannya kepada pasangannya melalui hubungan seksual.
Akibat terkena Klamidia pada perempuan adalah cacatnya saluran telur dan kemandulan, radang saluran kencing, robeknya saluran ketuban sehingga terjadi kelahiran bayi sebelum waktunya (prematur). Sementara pada laki-laki akibatnya adalah rusaknya saluran air mani dan mengakibatkan kemandulan, serta radang saluran kencing. Pada bayi, 60% - 70% terkena penyakit mata atau saluran pernafasan (pneumonia).



4.      Trikomoniasis Vaginalis
Trikomoniasis adalah PMS yang disebabkan oleh parasit Tricho monas vaginalis.
Gejala dan tanda-tandanya adalah:
õ    Keluar cairan vagina berwarna encer dan baunya busuk.
õ    Vulva agak bengkak, gatal, dan tidak nyaman.
õ    Nyeri saat kencing.

5.      Kandidadis Vagina
Kandidiasis vagina merupakan keputihan yang disebabkan oleh jamur Candidas albicans. Pada keadaan normal, jamur ini terdapat di kulit maupun di dalam liang kemaluan perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu, jamur ini meluas dan bereplikasi secara tak terkendali sedemikian rupa sehingga mengakibatkan infeksi dan terjadi keputihan.
Gejalanya berupa keputihan berwarna putih seperti susu, bergumpal, disertai rasa gatal panas dan kemerahan pada kelamin dan di sekitarnya. Penyakit ini tidak selalu tergolong PMS, tetapi pasangan seksual dari perempuan yang terinfeksi jamur ini dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik-bintik kemerahan di kulit kelamin.

6.      Kutil Kelamin
Penyebabnya adalah human papilloma virus (HPV) dengan gejala yang khas yaitu terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar kemaluan.
Pada perempuan, dapat mengenai kulit di daerah kelamin sampai dubur, selaput lendir bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim. Bila perempuan hamil, kutil dapat tumbuh sampai besar sekali. Kutil kelamin kadang-kadang bisa mengakibatkan kanker leher rahim atau kanker kulit di sekitar kelamin.
Pada laki-laki mengenai alat kelamin dan saluran kencing bagian dalam. Kadang-kadang kutil tidak terlihat sehingga tidak disadari. Biasanya laki-laki baru menyadari setelah ia menulari pasangannya. Sampai sekarang belum ada obat yang dapat secara tuntas menyembuhkan kutil kelamin. Pengobatan hanya sampai pada tahap menghilangkan kutilnya saja.

7.      AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome.
Penyakit ini adalah kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi virus HIV. HIV sendiri adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.
Orang yang terinfeksi oleh virus ini tidak dapat mengatasi serbuan penyakit lain karena sistem kekebalan tubuhnya menurun terus secara drastis.
Virus ini tergolong unik karena daur hidupnya. Virus HIV yang hidup bebas di luar tidak dapat berkembang biak. Namun, jika virus tersebut hinggap di sel hidup, ia akan mengubah sel tersebut menjadi pabrik virus HIV. HIV hanya akan mengikatkan diri pada reseptor khusus di permukaan sel. Reseptor ini hanya terdapat di sel darah putih, sel pencernaan, dan sel otak. HIV menembus dinding sel melalui reseptor tersebut dan melepaskan seluruh isi virus ke dalam sel tersebut. Enzim yang ada dalam tubuh virus merubah RNA (Ribonucleat acid) rantai tunggal menjadi rantai ganda (DNA) agar sesuai dengan DNA inangnya. DNA virus bergabung dengan DNA inang. Sel inang tidak dapat mengetahui apa yang terjadi padanya. Sel inang lalu akan menginstruksikan organel-organelnya untuk mereplikasi RNA guna membentuk HIV baru. Dan pada akhirnya, virus HIV baru akan keluar dari sel inang dan siap untuk menyerang sel lain.  Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus.
Baru beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi sering kali menderita penyakit ringan sehari-hari seperti flu atau diare. Penderita sering kali merasa sehat dan memang dari luar memang tampak sehat. Sering kali 3-4 tahun penderita tidak memperlihatkan gejala yang khas. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare berulang, penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan di mulut, dan terjadi pembengkakan di daerah kelenjar getah bening. Kekebalan tubuh semakin lemah dan akhirnya penderita mudah terjangkit berbagai macam penyakit. Sampai nanti penderita meninggal perlahan. Belum ditemukan obat bagi penderitannya sampai saat ini. Obat yang tersedia hanya dapat menolong penderita untuk mempertahankan kesehatan tubuhnya.

2.4 Perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada Pelayanan Kebidanan Komunitas.
  1. Hamil
a.       Perilaku sosial budaya masyarakat selama kehamilan
1)      Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin
2)      Larangan masuk hutan
3)      Pantangan keluar waktu maghrib
4)      Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
5)      Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
b.      Peran bidan terhadap perilaku selama hamil
1)      KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi makanan bergizi, batasi aktifitas fisik, tidak perlu pantang makan.
2)      KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang tidak benar ditinggalkan.
3)      Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau berpengaruh buruk terhadap kehamilan.

2. Persalinan
a.       Perilaku sosial budaya selama persalinan
1)      Bayi laki – laki adalah penerus keluarga yang akan membawa nama baik.
2)      Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
3)      Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
4)      Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
5)      Minum air akar rumput fatimah dapat membuat persalinan lancar.


b.      Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan
1)    Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.
2)    Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan.
3)    Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat.

3. Nifas dan Bayi Baru Lahir
a.       Perilaku sosial budaya yang mempengaruhi masa nifas dan bayi baru lahir.
1)      Pantang makan ikan, pedas, asin.
2)      Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan
3)      Tidak boleh makan terong bisa membuat bayi panas dingin
4)      Minum jamu dapat memperlancar ASI
5)      Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.
6)      Menaruh ramuan pada tali pusat
7)      Khitan yang dilakukan pada bayi laki – laki dan perempuan.
b.      Peran bidan terhadap perilaku masa  dan bayi baru lahir.
1)     Kie perilaku positif dan negatif.
2)     Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama masa dan
menyusui sebenarnya kurang menguntungkan bagi ibu dan bayi.
3)     Memberikan pendidikan tentang perawatan bayi baru lahir yang benar dan tepat, meliputi pemotongan tali pusat, membersihkan/memandikan, menyusukan (kolostrum), menjaga kehangatan.
4)    Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca bersalin, bayi dan balita.



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan. Masalah dalam pemberian asuhan kebidanan dapat diatasi dengan adanya kerjasama antara tenaga kesehatan dan masyarakat di komunitas.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan hendaknya bidan dapat menerapkan asuhan kebidanan di komunitas dengan melibatkan peran serta masyarakat, tokoh masyarakat dan melibatkan klien sebagai mitra dalam setiap asuhan yang akan diberikan oleh bidan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

2 komentar:

INTERIOR JAKARTA mengatakan...

artikel yang bagus, sukses selalu ya gan :))

INTERIOR JAKARTA mengatakan...

nice post gan (y)

Posting Komentar