Adaptasi Psikologis Ibu Nifas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Secara psikologis, setelah melahirkan seorang ibu akan merasakan gejala-gejala
psikiatrik, demikian juga pada masa menyusui. Meskipun demikian, ada pula ibu
yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologis yang dialami tidak
berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal yang lebih lanjut. Wanita banyak
mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri
menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui tentang
penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau
penyimpangan dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan, banyak
wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri
ringan sampai berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa
takut yang berlebihan dalam masa hamil struktur perorangan yang tidak normal
sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal, riwayat perkawinan abnormal, riwayat
obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran mati atau kelahiran cacat,
dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan pengobatan.
Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit jiwa. Sering
pula kelainan-kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan berikutnya.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu adaptasi psikososial pada masa pasca
persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan adalah “awal keluarga baru”
sehingga keluarga perlu beradptasi dengan peran barunya. Tanggung jawab
keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang barui lahir. Dorongan serta
perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi ibu.
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun pumusan masalah dalam makalah ini
antara lain:
1. Bagaimana
proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas?
2. Bagaimana
adaptasi psikologis pada saat post partum blues?
3. Bagaimana
cara mengatasi kesedihan dan duka cita pada masa nifas?
1.3.
Tujuan
Tujuan makalah ini adalah agar pembaca:
1. Mengetahui proses adaptasi psikologis ibu pada masa nifas.
2. Mengetahui adaptasi psikologis saat post partum blues.
3. Mengetahui cara mengatasi kesedihan dan duka cita pada masa nifas.
BAB I
PEMBAHASAN
2.1 Adaptasi
Psikologis Ibu Nifas
Masa nifas
merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi, diperkirakan
bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dalam memberikan pelayanan
pada masa nifas, bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik,
psikologis, spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan
dan penyuluhan secara terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang dilakukan
pada ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan dapat mencegah atau bahkan
menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Perubahan
psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas
menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga
terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga
tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu
nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.Setelah
proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang
baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan
dukungan positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu
akan melalui fase-fase sebagai berikut :
1. Fase Taking In
Fase
ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada
bayinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah
gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung
menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan
menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses
pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang memang sedang meningkat.
2. Fase Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking
hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan
dukungan karena sat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3. Fase Letting Go
Fase
ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung
10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada
fase ini.Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi
akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya
dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan suami, bidan dapat
mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami
serta keluarga ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap
setiap permasalahan yang mendasarinya.
2.2 Post
Partum Blues
Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya.
Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang
dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan
respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena semua
perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan.
v Penyebab yang menonjol adalah :
v Gejala-gejalanya antara lain :
Hal-hal yang dapat dilakukan seorang bidan :
1.
Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin
2.
Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini
merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu setelah
melahirkan.
3.
Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan pada ibu agar
tumbuh rasa percaya diri
4.
Memberikan bantuan dalam merawat bayi
5.
Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi
Post partum
blues ini apabila tidak ditangani secara tepat dapat menjadi lebih buruk atau
lebih berat, post partum yang lebih berat disebut post partum depresi (PPD)
yang melanda sekitar 10% ibu baru.
Gejala-gejalanya
: sulit tidur bahkan saat bayi telah tidur, nafsu makan hilang, perasaan tidak
berdaya atau kehilangan control, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali
pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan
mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi,
gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.
Jika ditemukan sejak dini penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan
konsultasi dengan psikiater, jika depresi yang ibu alami berkepanjangan mungkin
ibu perlu perawatan dirumah sakit.
Oleh karena
itu penting sekali bagi seorang bidan untuk mengetahui gejala dan tanda dari
post partum blues sehingga dapat mengambil tindakan mana yang dapat diatasi dan
mana yang memerlukan rujukan kepada yang lebih ahli dalam bidang psikologi.
2.3 Kesedihan
dan Duka Cita
1. Kemurungan Masa
Nifas
Kemurungan masa nifas normal saja dan disebabkan perubahan dalam diri seseorang
wanita selama kehamilan serta perubahan irama/cara kehidupannya setelah bayi
lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami kemurungan pasca bersalin, karena
ia masih mudah mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa
nifas adalah hal yang umum, dan perasaan-perasaan demikian biasanya hilang
sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan.
2. Terciptanya Ikatan
Ibu dan Bayi
Menciptakan terjadinya ikatan ibu dan bayi dalam jam pertama setelah kelahiran
adalah dengan cara mendorong pasangan untuk memegang dan memeriksa bayinya,
memberi komentar positif tentang bayinya, meletakan bayinya disamping ibunya.
Berikan privasi pada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya
kemudian redupkan lampu ruangan agar bayi membuka matanya. Tangguhkan perawatan
yang tidak begitu penting sampai sesudah pasangan orangtua bayi, dapat
berinteraksi dengan bayinya selama masih dalam keadaan bangun. Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama kali
melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota badab bayi dengan
telapak tangan dan menggendongnya dilengan dan memposisikanya sedemikian rupa sehingga
matanya bertatapan langsung dengan mata bayi.
3. Tanda dan Gejala
serta Etiologi Kemurungan Masa Nifas
Tanda dan
gejalanya: sangat emosional, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas, merasa
hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa ada sebabnya, menangis berulang kali.
Etiologi:
berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan
perubahan dalam cara hidupnya sesudah mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang
cepat sementara tubuh kembali pada keadaan tidak hamil dan sementara proses
menyusui telah terjadi. Kemurungan dapat menjadi semakin parah oleh adanya
ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, atau kecemasan yang tidak
diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adanya cara penanganan
yang tidak peka oleh para petugas.
Penatalaksanaan
secara tradisional dan kebidanan (mungkin saja sama) bagi adanya kemurungan
pada masa nifas. Berikan kesempatan luas pada ibu yang baru untuk bertanya,
bicarakan apa yang terjadi selama proses persalinan dan biarkan ibu mengungkapkan
apa yang dirisaukanya. Biarkan bayi bersama ibunya, dan berikan dukungan
atau dorongan pada ibu untuk merawat bayinya. Ibu
yang mempunyai resiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih parah
daripada kemurungan masa nifas adalah Ibu yang rasa percaya dirinya rendah, ibu
yang tidak mempunyai jaringan dukungan, ibu yang bayinya meninggal atau
menyandang masalah.
Tanda-tanda
dan gejala: Tidak bisa tidur atau tidak bernafsu makan, merasa ia tidak dapat
merawat dirinya sendiri atau bayinya, berfikir untuk menciderai dirinya sendiri
atau bayinya, dan seolah mendengar suara-suara atau tidak dapat berfikir secara
jernih, perilakunya aneh, kehilangan sentuhan atau hubungan dengan kenyataan,
halusinasi atau khayalan, dan menyangkal bahwa bayi yang dilahirkan bukan
anaknya.
Penatalaksanaan:
Banyak perempuan dibawah depresi yang biasa menanggapi atau dipengaruhi oleh
dorongan atau bujukan dan dukungan fisik yang diberikan oleh bidan atau anggota
keluarganya. Bila seorang ibu tidak bereaksi positif terhadap dorongan atau
dukungan yang diberikan atau ia tetap menunjukan perilaku aneh (mendengar
suara-suara, berada diluar kenyataan, halusinasi atau berkhayal, dan menolak
bayinya) atau ia berfikir untuk menciderai dirinya sendiri atau bayinya, ia
harus dirujuk kepada seorang ahli yang mampu menangani masalah psikologis. Ia
mungkin memerlukan pengobatan khusus untuk membantu mengatasi keaadaanya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adaptasi psikologis ibu masa nifas terdiri atas 3 fase yaitu: Fase taking in,
fase taking hold, dan fase letting go. Jika seorang ibu mengalami gejala-gejala
beby blues maka ibu tersebut disarankan untuk beristirahat, meminta dukungan
suami, membuang rasa cemas akan bayinya serta mencari hiburan.
Dalam menghadapi seorang ibu yang mengalami kesedihan atau duka cita, hal yang
harus dilakukan adalah mencoba mengajak ibu membicarakan apa yang di alami
namun jika keadaanya lebih parah pastikan ada yang menemani ibu dan bayinya
selama beberapa hari.
3.2
Saran
Adapun saran yang dapat penulis
berikan adalah sebagai berikut:
v Untuk memperdalam pengetahuan
mahasiswa tentang adaptasi psikologis dalam dalam masa nifas, mahasiswa
diharapkan mencari sumber-sumber yang lebih banyak.
1 komentar:
izin copas Niluh... thank's
Posting Komentar