Hipospadia



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tergantung pada lokasi orifisium uretra ekstema, hipospadia dapat dibagi menjadi bentuk distal (75%; glandular, koronar, subkoronar), intermediet (13%) dan proksimal (12%; penoskrotal, skrotal, perineal). Keputusan prosedur operasi dibuat berdasarkan kebutuhan fungsi dan estetik. Karena semua prosedur bedah mempunyai risiko komplikasi, penting untuk memberikan konseling yang adekuat pada orang tua sebelum operasi.

1.2. Tujuan
Tujuan penulis dalam menulis makalah ini adalah sebagai berikut:
-Untuk mengetahui tentang Hipospadia
-Untuk menambah wawasan mengenai hipospadia
-Agar memperoleh informasi bagaimana cara mengatasi dan menanggulangi hipospadia
-Sebagai tugas dari mata kuliah Askeb Neonatus, Bayi, dan Balita










 BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Hipospadia sendiri berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang berarti “di bawah” dan “spadon“ yang berarti keratan yang panjang. Pengertian Hipospadia adalah salah satu kelainan congenital bawaan pada anak-anak yang sering ditemukan dan mudah untuk mendiagnosanya. Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat dipenis bagian bawah, bukan diujung penis. Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak didekat ujung penis, yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau dibawah skrotum.B.
Insiden Hipospadia terjadi 1:300 kelahiran bayi laki-laki hidup di Amerika Serikat. Kelainan ini terbatas pada uretra anterior. Pemberian estrogen dan progestin selama kehamilan diduga meningkatkan insidensinya. Jika ada anak yang hipospadia maka kemungkinan ditemukan 20% anggota keluarga yang lainnya juga menderita hipospadia. Meskipun ada riwayat familial namun tidak ditemukan ciri genetik yang spesifik.C.
Embriologi pada embrio yang berumur 2 minggu baru terdapat 2 lapisan yaitu ektoderm dan endoderm. Baru kemudian terbentuk lekukan di tengah-tengah yaitu mesoderm yang kemudian bermigrasi ke perifer, memisahkan ectoderm
Hipospadia umum terjadi pada anak-anak dan tidak menyebabkan kesulitan dalam merawat bayi. Bahkan, pembedahan biasanya mengembalikan tampilan normal penis anaka. Dengan pengobatan berhasil banyak bayi laki-laki akhirnya memiliki fungsi seksual yang normal.

2.2. Faktor Prediposisi / Penyebab
Penyebabnya sebenarnya karena multifaktor dan sampai sekarang belum diketahui penyebab pasti dari hipospadia. Namun, ada beberapa faktor yang oleh para ahli dianggap paling berpengaruh antara lain :
1. Gangguan dan ketidakseimbangan hormon.
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen yang mengatur organogenesis kelamin (pria). Atau biasa juga karena reseptor hormon androgennya sendiri di dalam tubuh yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormon androgen sendiri telah terbentuk cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek yang semestinya. Atau enzim yang berperan dalam sintesis hormon androgen tidak mencukupi pun akan berdampak sama.
2. Genetika
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen yang mengkode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.

Hipospadia sering disertai kelainan penyerta yang biasanya terjadi bersamaan pada penderita hipospadia. Kelainan yang sering menyertai hipospadia adalah :
1.Undescensus testikulorum (tidak turunnya testis ke skrotum)
2.Hidrokel
3.Mikophalus / mikropenis
4.Interseksualitas
Ada beberapa tipe atau pengklasifikasian hipospadia menurut letak muara uretranya antara lain :
1.Anterior yang terdiri dari tipe glandular dan coronal
2.Middle yang terdiri dari distal penile, proksimal penile, dan penoscrotal
3.Posterior yang terdiri dari tipe scrotal dan perineal.

2.3. Tanda dan gejala
*Glans penis bentuknya lebih datar dan ada lekukan yang dangkal di bagian penis yang menyerupai meatus uretra eksternus.
* Preputium (kulup) tidak ada dibagian bawah penis, menumpuk di bagian punggung penis.
*Adanya chordee, yaitu jaringan fibrosa yang mengelilingi meatus dan membentang hingga ke glans penis, teraba lebih keras dari jaringan sekitar.
* Kulit penis bagian bawah sangat tipis.
*Tunika dartos, fasia Buch dan korpus spongiosum tidak ada.
* Dapat timbul tanpa chordee, bila letak meatus pada dasar dari glans penis.
*Chordee dapat timbul tanpa hipospadia sehingga penis menjadi bengkok.
*Sering disertai undescended testis (testis tidak turun ke kantung skrotum).
*Kadang disertai kelainan kongenital pada ginjal
* Lubang penis tidak terdapat diujung penis, tetapi berada dibawah atau didasar penis.
*Penis melengkung kebawah.
*Penis tampak seperti berkerudung, karena adanya kelainan pada kulit depan penis.
*Jika berkemih, anak harus duduk.
*Pembukaan uretra di lokasi selain ujung penis.
* Pada orang dewasa semprotan air seni yang keluar abnormal.

2.4. Gambar
                                                    
                                       
Tempat-tempat Kelainan Lubang Uretra
                                         
Saluran lubang uretra yang ke bawah
Bentuk saluran uretra setelah di operasi
     
2.5. Asuhan / Penanganan / Penatalaksanaan
Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi. Operasi ini bertujuan untuk merekonstruksi penis agar lurus dengan orifisium uretra pada tempat yang normal atau diusahakan untuk senormal mungkin. Operasi sebaiknya dilaksanakan pada saat usia anak yaitu enam bulan sampai usia prasekolah. Hal ini dimaksudkan bahwa pada usia ini anak diharapkan belum sadar bahwa ia begitu “spesial”, dan berbeda dengan teman-temannya yang lain yaitu dimana anak yang lain biasanya miksi (buang air seni) dengan berdiri sedangkan ia sendiri harus melakukannya dengan jongkok aga urin tidak “mbleber” ke mana-mana. Anak yang menderita hipospadia hendaknya jangan dulu dikhitan, hal ini berkaitan dengan tindakan operasi rekonstruksi yang akan mengambil kulit preputium penis untuk menutup lubang dari sulcus uretra yang tidak menyatu pada penderita hipospadia.




Tahapan operasi rekonstruksi antara lain :
1.  Meluruskan Penis
Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin. Hal ini dikarenakan pada penderita hipospadia biasanya terdapat suatu chorda yang merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis penderita bengkok.
Langkah selanjutnya adalah mobilisasi (memotong dan memindahkan) kulit preputium penis untuk menutup sulcus uretra.

2.  Uretroplasty
Tahap kedua ini dilaksanakan apabila tidak terbentuk fossa naficularis pada glans penis. Uretroplasty yaitu membuat fassa naficularis baru pada glans penis yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah terbentuk sebelumnya melalui tahap pertama.
Tidak kalah pentingnya pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan pascabedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya. Urin untuk sementara dikeluarkan melalui sonde yang dimasukkan pada vesica urinaria (kandung kemih) melalui lubang lain yang dibuat oleh dokter bedah sekitar daerah di bawah umbilicus (pusar) untuk mencapai kandung kemih.







BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Hipospadia adalah suatu keadaan dimana lubang uretra terdapat di penis bagian bawah, bukan di ujung  penis. Hipospadia merupakan kelainan bawaan yang terjadi pada 3 diantara 1.000 bayi baru  lahir. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak di dekat ujung penis, yaitu pada   glans   penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra terdapat di tengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada skrotum (kantung zakar) atau di bawah skrotum. Kelainan ini seringkali berhubungan dengan kordi, yaitu suatu jaringan fibrosa yang kencang, yang menyebabkan penis melengkung ke bawah pada saat ereksi.
Gejalanya adalah:
1.  Lubang penis tidak terdapat di ujung penis, tetapi berada  di bawah atau di dasar penis
2.  Penis melengkung ke bawah
3.  Penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan   pada kulit depan penis
4. Jika berkemih, anak harus  duduk. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik. Jika hipospadia terdapat di pangkal penis, mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya. Bayi yang menderita hipospadia sebaiknya tidak disunat. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan pada pembedahan nanti. Rangkaian pembedahan biasanya telah selesai dilakukan sebelum anak mulai sekolah. Pada saat ini, perbaikan hipospadia dianjurkan dilakukan sebelum anak berumur 18 bulan. Jika tidak diobati, mungkin akan terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa nanti, mungkin akan terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual.

























  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Wah... postingannya.. syur... hehehe

Wewwww mengatakan...

Hahahahahahahaha.........

Anonim mengatakan...

saya 25 tahun penis saya benkok dan lubang kencing saya di bagian bawah, saya sering onani keluarkan sperma saya tapi sperma saya tidak kental hanya seperti air2, mohon penjelasannya apakah saya bisa operasi sedangkan saya uda dewasa : mohon jawabannya di e mail saya :xx.eric@rocketmail.com. makasih

Unknown mengatakan...

Assalamualaikum ibuk bidan puspa,
Saya punya Ponaan yang mengelami gejala penis hipospadia, apa Masih Ada kesempatan atau mempunyai keturunan Ponaan saya ini.
Mohon bantuannya buk puspa.
Apakah buk puspa Sudah pernah mengatasi masalah yang dialami Ponaan saya buk.
Saya sangat berterima kasih bila buk puspa mau menangggapi permasalahan Keluarga saya.

Posting Komentar